"Kalau ente hendak membicarakan sesuatu, hendaklah pakai otakmu. Pikir matang-matang. Baru setelah itu katakan dengan kalimat yang baik dan benar".
Nah pada suatu hari, di musim hujan, si Ahli Bahasa ini dan puteranya sedang santai sambil duduk-duduk di dekat api unggun di rumah mereka. Sekongyong-konyong sepercik api mengenai jubah tenunan dari sutera yang dipakai sang Ayah. Kejadian itu dilihat sang putera, tetapi ia diam sahaja. Setelah berpikir beberapa saat, sang putera baru membuka mulutnya.
"Ayahanda, ana ingin mengatakan sesuatu. Diziinkakankah Ayahanda", tanyanya dengan sopan
"Jikalau menyangkut kebenaran, katakan sahaja, " jawab sang Ayah.
"Ini memang berkaitan dengan kebenaran, Ayah".
"Silakan ...puteraku"
"Aku melihat benda panas berwarna merah Ayah..."
"Benda apakah itu gerangan puteraku..?
"Sepercik api mengenai jubah Ayahanda.."...
Pada saat itu pula sang Ayah melihat jubahnya sebagian sudah hangus terbakar...
"Mengapa tidak kamu katakan segera pada Ayah?" tanya sang Ayah..
"Ana harus berpikri dulu sebelum mengatakannya Ayah, seperti yang Ayahanda nasihatkan pada Ana beberapa hari yang lalu, jawab puteranya polos.
----
Wekssssssssssssss...makanya jangan dikte anak terus....
Wekssssssssssssss...makanya jangan dikte anak terus....